Buku Original Bentang Pustaka
SPESIFIKASI PRODUK
Kover: softcover
Format: 13 x 20,5 cm
Jumlah halaman: 224
Jenis Kertas Isi: Bookpaper 55 gr
Jenis Kertas Sampul: Art Carton 230 gr
SINOPSIS PRODUK
Di tengah riuhnya media sosial yang serba cepat, Islam sering kali dibicarakan dengan tergesa, lebih banyak diperdebatkan daripada direnungkan. Padahal, dalam berislam, kita tidak hanya butuh ilmu, tetapi juga kelembutan—suara yang menemani tanpa menghakimi, yang menyentuh bukan sekadar viral. Lewat surat-suratnya, Gus Nadir menghadirkan suara semacam itu.
Surat Cinta Gus Nadir—begitulah kumpulan surat ini dinamai dalam buku yang tengah Anda genggam. Di dalamnya, cendekiawan Muslim dari University of Melbourne sekaligus penulis buku laris Tafsir al-Qur’an di Medsos, bercakap-cakap dengan pembacanya—bukan dari atas mimbar kepada jamaah, melainkan seperti sahabat karib atau kekasih yang penuh kasih. Ada ajakan untuk bercermin, kisah-kisah yang membawa hikmah—dari ulama besar hingga pekerja sederhana—dan tafsir kehidupan yang mengurai persoalan dengan kejernihan akal dan kebeningan hati.
Kawan, bukalah lembar demi lembar buku ini dengan hati yang lapang. ‘Kan kau temukan senyum yang menenangkan, kisah yang menerbitkan harapan, dan renungan yang menyentuh relung hati terdalam. Banyak pula kutipan yang bisa kau petik dan viralkan sebagai cahaya bagi sesama. Ini bukan sekadar kumpulan tulisan, tetapi pelukan erat dan hangat yang dititipkan dalam kata-kata—untukmu.
TENTANG PENULIS
Prof. Dr. KH Nadirsyah Hosen, LLM, MA (Hons), PhD, yang akrab disapa Gus Nadir, adalah sosok ulama sekaligus akademisi yang menjembatani tradisi pesantren dengan cakrawala keilmuan internasional. Lahir pada 8 Desember 1973, perjalanan hidupnya merupakan perpaduan harmoni antara ilmu Syariah dan Hukum, yang ia dalami sejak jenjang S1 hingga S3. Dengan dua gelar PhD di genggamannya, Gus Nadir telah menorehkan jejak panjang sebagai diaspora Indonesia di Australia, mengabdikan ilmunya di berbagai perguruan tinggi terkemuka.
Karier akademiknya dimulai sebagai postdoctoral fellow di University of Queensland (2005-2007), sebelum kemudian menjadi dosen di University of Wollongong (2007-2015) dan Monash University (2015-2024). Sejak Juli 2024, ia dibajak pindah ke Melbourne Law School dan dipercaya untuk bergabung sebagai Deputy Director di Centre for Indonesian Law, Islam and Society (CILIS), University of Melbourne. Tak hanya di kancah internasional, Gus Nadir juga berkontribusi bagi dunia akademik di tanah air sebagai Adjunct Professor di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.
Sebagai penulis, Gus Nadir telah melahirkan lebih dari 50 publikasi ilmiah bertaraf internasional, di samping sejumlah buku best seller dalam bahasa Indonesia yang menginspirasi banyak pembaca. Namun, di tengah kesibukan akademik dan dakwahnya, ia tak pernah melupakan kedekatan spiritual. Selama 17 tahun (2005-2023), ia mengemban amanah sebagai Rais Syuriah NU Australia - New Zealand. Dengan penuh cinta, ia mengasuh Majelis Khataman Quran dan pengajian tafsir di komunitas Doa dan Dzikir Melbourne (DDM), menjadikan ilmunya sebagai cahaya yang terus mengalir bagi siapa saja yang ingin belajar.
Lebih dari sekadar perjalanan akademik, kisah hidup Gus Nadir adalah tentang bagaimana ilmu menjadi ladang kebermanfaatan, bagaimana ketekunan berpadu dengan kerendahan hati, dan bagaimana seorang Gus Prof mengabdi untuk ilmu, umat, dan cahaya peradaban.
KEUNGGULAN PRODUK
-Adaptasi dari format takarir Instagram yang singkat, to the point, sehingga tidak membuat pembaca lelah.
-Bahasa yang digunakan santun, lembut, dan tidak menghakimi. Padahal, buku ini banyak mengangkat topik “fiqih” yang berpeluang untuk ditulis secara “menghakimi”. Namun, Gus Nadir tidak mengambil pilihan tersebut.
-Isu yang diangkat relevan dan dekat seperti adab berilmu, adab bermedsos, pesan untuk yang galau dan gagal move-on, atau hikmah-hikmah kehidupan dari ulama besar hingga orang biasa seperti kuli angkut.
-Penulis sudah punya basis pembaca dan pengikut di media sosial.
-Ekspertisi penulis dalam bidang hukum syariah dan wawasan keislaman tidak diragukan lagi.