Dalam kiprahnya selama ini, IMM sebenarnya tahu tentang pentingnya politik, tetapi jika harus masuk ke dalamnya khawatir terlibat dalam program-program yang tidak terlalu berinteraksi dengan urusan dakwah. Akibatnya, perkaderan di lingkungan umat Islam, kaitannya dengan politik, menjadi setengah hati. Hanya beberapa orang dari IMM yang betul-betul berani masuk ke dunia politik dan memiliki eksistensi. Meski demikian, orang-orang IMM masuk ke ranah politik mampu yang membuktikan bahwa mereka tetap dinilai bagus.
Selama ini, IMM seolah terkendala oleh “stigmatisasi” dunia luar IMM, terutama dunia politik sehingga kurang beraktivitas di dalamnya. Padahal, ketika kader IMM terjun ke sana, mereka mampu mewarnai, berfungsi dengan baik, dan tidak ada yang terlibat masalah. Hal ini dapat dipahami bahwa kader Muhammadiyah gamang berpolitik. Mereka takut terlalu senang pada peluang adanya jabatan dan kesejahteraan, sehingga nilai-nilai Muhammadiyah yang disebut amar makruf nahi munkar dilupakan.
Yang patut disadari bahwa IMM merupakan kepanjangan tangan Muhammadiyah dalam melaksanakan gerakan dakwah, terutama di lingkungan mahasiswa, maka ia disebut sebagai eksponen mahasiswa dalam persyarikatan Muhammadiyah. Maksudnya, bukan hanya dakwah internal, tetapi juga dakwah eksternal. Dan sejak awal, gerakan yang dilakukan IMM banyak menggunakan pendekatan-pendekatan dakwah yang fungsional, termasuk di dalamnya adalah politik.