Dea Anugrah menulis puisi-puisi, kemudian cerita pendek, terutama untuk menghibur diri sendiri. Ketika buku-bukunya—Misa Arwah (2015) dan Bakat Menggonggong (2016)—terbit, dia bersiap dihajar komentar-komentar keji dan laporan penjualan yang mengenaskan. Namun, yang terjadi justru sebaliknya: buku-buku itu diterima dengan baik.
.
.
Tulisan-tulisan nonfiksi yang terkumpul dalam buku ini membicarakan banyak perkara, mulai dari perang sampai industri pisang, dari kesedihan kolektif sebuah bangsa hingga seni membikin senang bagian-bagian tubuh tertentu.