Product description
Buku ini akan memperkenalkan sosok anak laki-laki kecil yang suka bermain di pinggir pantai. Anak kecil ini bungsu tapi ia tidak pernah menamai dirinya bungsu, karena baginya, di bagian mana saja kita lahir di sana isinya tanggung jawab masing-masing. Anak kecil tadi suka berlayar bersama pamannya melintasi Bakauheni-Merak hingga kembali lagi Merak-Bakauheni. Pamannya seorang nahkoda kapal Ferry. Anak kecil itu suka melepaskan keponakannya berlarian di dalam kapal menyusuri tiap-tiap lorong dan ruang sempit di dalam kapal. Anak kecil itu bertemu para penumpang dengan berbagai macam bentuk hidung. Tak jarang di antara mereka ada yang suka mencubit pipi anak kecil itu, memberinya permen, memberinya mainan mainan, hingga segala jenis asongan yang sering dipikul keliling kapal oleh penjualnya.
Anak kecil tadi hanya terdiam melihat anak koin yang nasibnya tidak sama seperti dengannya, padahal usianya tidak jauh beda. Lalu kenapa nasibnya tidak sama, ini baru anak koin yang ia temukan, lalu bagaimana anak lain di luar sana? Bagaimana kabarnya sekarang? Apakah sudah mulai dewasa dan benar sedang mencari banyak uang? Kata ibunya dulu begitu, "Nanti kalo udah gede, cari duit yang banyak, ya." Anak kecil itu tinggal di Kalianda, kalian cari saja, karena kota itu tidak sepopuler Jakarta. Kalianda, kota kecil di ujung pulau Sumatera yang menjadi Aquarium tempat banyaknya ikan, nelayan, dan manusia-manusia begal.
Setelah ia berhasil selamat dari laut yang hampir menenggelamkan jiwanya, ia melihat ayahnya di pinggir pantai yang terlihat cemas namun tidak bisa berbuat apa-apa karena Ayahnya sendiri tidak bisa berenang. Anak kecil itu bersahabat baik dengan pantai. Ia suka bermain pasir yang ia genggam dengan sangat kuat kemudian menyaksikannya runtuh perlahan-lahan. Ia juga suka berlarian di bibir pantai, sambil sesekali berlari sedikit ke tengah hingga hampir tenggelam sebab itu ia hampir mati ditelan lautan. Anak kecil itu akan memperkenalkan dirinya sendiri, aku.