Shop | Tokopedia logo
Search
1/5
Rp19.200

Buku Novel Paket4 Ayah,Ini Arahnya Kemana, Ya? | Anak Kecil Yang Kehilangan Pundaknya | Hai Nak! | Nak, Kamu Gapapa, Kan? Psychology Habits

Sold by Book Store ID
2 sold

Select options

Select

Shipping

From Rp11.500
Est. delivery by May 14 - May 19

Specifications

Book Store ID
91 items

About this product

Brandkan

Product description

Product Introduction of Buku Novel Paket4 Ayah,Ini Arahnya Kemana, Ya? | Anak Kecil Yang Kehilangan Pundaknya | Hai Nak! | Nak, Kamu Gapapa, Kan? Psychology Habits 1
Product Introduction of Buku Novel Paket4 Ayah,Ini Arahnya Kemana, Ya? | Anak Kecil Yang Kehilangan Pundaknya | Hai Nak! | Nak, Kamu Gapapa, Kan? Psychology Habits 2
Ayah, ternyata benar ya. Setelah dewasa kita semua harus punya banyak uang. Harus bekerja lebih keras lagi, harus bertarung dengan isi kepala sendiri. Harus menyampingkan banyak keinginan untuk sekadar tetap bertahan hidup sampai bertemu pagi lagi.
Ayah, setelah dewasa aku bertemu banyak orang yang menyakitkan dalam hidup dan kali ini aku gak punya banyak keberanian untuk melawannya. Ayah, kadang aku kalah, kadang aku kuat, kadang semuanya terjadi begitu saja dengan penuh pura-pura yang aku coba kesampingkan rasa sakitnya.
Ayah, hari ini aku kesepian dan gak tahu harus lari kemana lagi. Ayah, ini arahnya ke mana, ya? Anak kecil ini kehilangan jalan pulangnya.
Keunggulan:
- Secara garis besar, buku ini disusun sebagai bentuk rasa rindu seorang anak kepada sosok Ayah.
- Mengangkat isu tentang fatherless yang sedang naik akhir-akhir ini.
- Buku ini memiliki beberapa halaman activity sebagai bahan interaksi dengan pembaca, sehingga ketika membaca buku ini pembaca bisa mengerahkan perasaannya langsung.
- Terdapat lima bab yang masing-masing memiliki daya tarik tersendiri dengan alur yang sudah terbentuk agar merangkul pembaca.
- Buku ini akan sangat relate bagi sebagian besar kaum remaja, terutama yang tidak merasakan peran Ayah di hidupnya.
Deskripsi Buku:
Ayah, Ini Arahnya ke Mana, ya? adalah buku yang mengangkat isu fatherless dan kehilangan. Buku ini hadir untuk kalian peluk dengan rasa rindu kepada seseorang yang sudah pergi. Mengisahkan seorang anak yang kehilangan sosok Ayah dan tidak tahu arah hidupnya akan ke mana. Ketika membaca buku ini kalian akan merasa bahwa ternyata hidup tanpa sebuah arahan dari seseorang yang sudah kita jadikan nahkoda memang sangat berat dan melelahkan. Namun, hidup harus tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Melalui buku ini, kalian juga akan menemukan eksperimen baru berupa interaksi yang menarik pada halaman aktivitas yang diberikan. Emosional pembaca akan diajak naik turun sampai pada titik ikhlas akan berjalannya hidup. Buku ini akan lebih mengajarkan kalian untuk bersyukur apabila sosok Ayah atau panutan kalian dalam hidup masih ada.
Dalam menulis buku ini, akan kuperkenalkan sosok anak laki-laki kecil yang suka bermain di pinggir pantai. la bungsu tapi ia tidak pernah menamai dirinya bungsu, karena baginya, di bagian mana saja kita lahir di sana isinya tanggung jawab masing-masing. Anak kecil tadi suka berlayar bersama pamannya melintasi Bakauheni-Merak hingga kembali lagi Merak-Bakauheni. Pamannya seorang nahkoda kapal Ferry. la suka melepaskan keponakannya berlarian di dalam kapal menyusuri tiap-tiap lorong dan ruang sempit di dalam kapal. Anak kecil itu bertemu para penumpang dengan berbagai macam bentuk hidung. Tak jarang di antara mereka ada yang suka mencubit pipi anak kecil itu, memberinya permen, memberinya mainan mainan, hingga segala jenis asongan yang sering dipikul keliling kapal oleh penjualnya. Perlahan, anak kecil itu keluar di bibir kapal dan melihat hamparan laut yang megah dan luas. Sesekali ia melihat anak kecil lain di bawah kapal yang berenang-renang demi menanti para penumpang melemparkan koin-koin atau pecahan uang kecil ke bawah lautan yang dalam. Orang-orang menyebutnya anak koin, yang padahal itu anaknya manusia bukan anaknya koin. Anak kecil tadi hanya terdiam melihat anak koin yang nasibnya tidak sama seperti dengannya, padahal usianya tidak jauh beda. Lalu kenapa nasibnya tidak sama, ini baru anak koin yang ia temukan, lalu bagaimana anak lain di luar sana? Bagaimana kabarnya sekarang? Apakah sudah mulai dewasa dan benar sedang mencari banyak uang? Kata ibunya dulu begitu, "Nanti kalo udah gede, cari duit yang banyak, ya." Anak kecil itu tinggal di Kalianda, kalian cari saja, karena kota itu tidak sepopuler Jakarta. Kalianda, kota kecil di ujung pulau Sumatera yang menjadi Aquarium tempat banyaknya ikan, nelayan, dan manusia-manusia begal. Begitu sebutan orang lain tentang kota itu. Jangan tertawa, aku sedang tidak bercanda ketika menulis ini. dengan anak Anak kecil itu bersahabat baik dengan pantai. la suka bermain pasir yang ia genggam dengan sangat kuat kemudian menyaksikannya runtuh perlahan-lahan, Berlarian di bibir pantai, sambil sesekali berlari sedikit ke tengah hingga hampir tenggelam sebab itu ia sekarang mahir berenang karena keadaan yang mengharuskan ia bernapas walau kaki tidak menapak, dan ombak yang terus menerjang. Setelah ia berhasil selamat dari laut yang hampir menenggelamkan jiwanya, ia melihat ayahnya di pinggir pantai yang terlihat cemas namun tidak bisa berbuat apa-apa karena Ayahnya sendiri tidak bisa berenang. Ia menghampiri Ayahnya yang cemas tadi sambil berkata, "Gapapa Ayah, adek baik-baik saja." Walau sebenarnya ia hampir mati ditelan lautan. Perkenalkan, anak kecil itu, aku.
Sinopsis
Buat kamu yang sering bertanya, “aku yang dulu ke mana, ya?” Mungkin kamu akan menemukan jawabannya di sini. Bahagia, atau tidak, mengenang masa kecil adalah hal yang dirindukan atau mungkin sangat menyakitkan. Namun, bahagia atau tidak kita saat kecil, apakah ada yang bisa menjamin dewasanya akan benar-benar bahagia? Saatnya berpelukan dengan masa lalu dan merayakannya dengan tangisan yang paling meriah
Aku tahu, aku telah menyebutkan ini berulang kali, mengingatkanmu lagi dan lagi, tapi akan kukatakan kembali di sini: Jagalah selalu gembira di hatimu, Nak. Selalu.
Nak, Kamu Gapapa, ‘Kan? Adalah kalimat yang Aku sangat inginkan dari kedua orang tua, tetapi tidak pernah tersampaikan. Bahkan jika ditanya dengan kalimat serupa pun, kemungkinan besar Aku akan berbohong, karena sudah lama terbiasa berpura-pura Bahagia padahal setiap malamnya menahan tangis sendirian di kamar.
Buku ini memperlihatkan bahwa kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua bisa tanpa sadar menghancurkan setiap aspek yang kita miliki, sedari diri sendiri hingga percintaan. Hanya ingin didengarkan dan mendapatkan curahan kasih sayang yang hangat sebagaimana keluarga pada umumnya, ternyata sulit untuk sebagian orang. Rumah yang seharusnya menjadi tempat berpulang, malah terasa asing bagi diri ini.
Menerima diri sendiri sulit, percintaan sulit, pertemanan pun juga sulit untuk terjalin. Hingga pada akhirnya, Aku sadar bahwa tidaklah baik untuk terus berlarut-larut pada kesedihan dan memilih untuk menyenangkan diri sendiri. Aku merasa bahwa ia harus menerima dirinya sendiri dan berterima kasih pada diri sendiri, yang menjadi satu-satunya yang Aku miliki di dunia ini. Perlahan, Aku mulai kembali menikmati dunia sebagaimana
You may also like
Womenswear & Underwear
Phones & Electronics
Fashion Accessories
Menswear & Underwear
Home Supplies
Beauty & Personal Care
Shoes
Sports & Outdoor
Luggage & Bags
Toys & Hobbies
Automotive & Motorcycle
Kids' Fashion
Kitchenware
Computers & Office Equipment
Baby & Maternity
Tools & Hardware
Textiles & Soft Furnishings
Pet Supplies
Home Improvement
Food & Beverages
Muslim Fashion
Books, Magazines & Audio
Household Appliances
Health
Furniture
Jewelry Accessories & Derivatives
Collectibles
Pre-Owned
No more products
TikTok Shop promo codes
Sell on TikTok ShopSeller center
About TikTok ShopContact usCareersAffiliate
Help centerSafety centerCommunity guidelines
TransparencyAccessibility
Open TikTok