Product description
Tahun 1983, setelah satu setengah tahun tinggal di Timor Timur, Dilan kembali ke Bandung. Dilan pun kembali bertemu dengan teman-teman lamanya di SD tempat dulu dia sekolah. Tapi, ternyata ada murid baru pindahan dari Semarang, namanya Mei Lien, gadis keturunan Tionghoa.
Ini mungkin buku tentang cinta monyet biasa, yang banyak dialami manusia normal di dunia. Tak ada cinta-cintaan karena masih SD, tapi Mei Lien telah membuat Dilan jadi belajar bahasa Mandarin dan tertarik membaca buku yang membahas tentang China.
Bandung masih sunyi waktu itu. Zaman di mana Dilan juga mengalami adanya peristiwa Penembakan Misterius, meletusnya Gunung Galunggung, dan Gerhana Matahari Total. Setidaknya sebagian besar memang begitu, menjadi rasa syukur untuk kenangan yang disimpan di dalam hati bagaikan kutipan hikmah di hari ini:
"Inilah bumi, tempat pencarian abadi mengetahui diri sendiri, menemukan hal ajaib yang tersembunyi di dalam diri dan Tuhan di saat sunyi."
Jenis Kertas Isi: Bookpaper 55 Gr
Jenis Kertas Sampul: Art Carton 230 Gr
Setelah putus dengan Milea, Dilan menjalin persahabatan dengan Ancika Mehrunisa Rabu, yang kemudian berkembang menjadi kisah cinta. Kisah Dilan bersama Ancika ini kemudian ditulis oleh Ayah Pidi Baiq dalam novel berjudul Ancika: Dia yang Bersamaku Tahun 1995. Ancika akan menceritakan kisahnya bersama Dilan ketika Ancika berumur 17 tahun dan masih seorang siswi SMA. Dilan sendiri, saat itu, sedang berkuliah di ITB. Sosok Ancika tidak kalah menarik daripada Dilan. Dilan dan Ancika seolah-olah memang diciptakan untuk saling mengisi dan saling melengkapi satu sama lain. Apakah Ancika adalah alasan satu-satunya mengapa Dilan tidak bisa balikan dengan Milea? Baca kisah lengkap Ancika di dalam novel ini!