Takdir seorang anak Kiai selalu terikat pesantren, tapi Alif memilih jalan berbeda.
Haafiz Alif Faezan menolak menjadi penerus pesantren keluarganya. Pertemuan singkat dengan seorang gadis kecil, mengubah tujuan hidupnya. Sebagai sarjana kriminologi, kini ia berprofesi menjadi polisi reserse. Panggilan hidupnya berada di jalan yang tak terduga—di balik setiap misteri yang harus dipecahkan.
Lahya Deemah, anak kecil yang dulu ia selamatkan di ambang maut, ternyata telah tumbuh dewasa. Dengan segala pesonanya kembali menarik Alif dalam kasus besar yang membuatnya menghadapi sesuatu yang lebih dari sekadar kriminalitas; ia harus berhadapan dengan masa lalu yang sudah sembilan tahun terkubur.
Berbagai pertemuan dengan Lahya berhasil mengguncang ketenangan Alif. Di tengah peliknya kasus yang perlu mereka pecahkan, lelaki itu malah terlibat perasaan. Mencintai gadis semuda itu bukan tanpa penentangan.
“Lahya ini anak kecil, mana boleh menikah dengan Gus yang umurnya jauh di atas Lahya?”
“Boleh. Bapak kamu sudah merestui.”
“Apa yang Gus inginkan dari anak kecil seperti Lahya?”
"Izinkan saya membimbing kamu dalam dekapan hangat, sampai selamat ke tangan Tuhan. Lahya, saya semakin takut tenggelam dalam mata itu dan hafalan saya tertinggal. Sejatinya yang haram tak akan mungkin menjadi halal dan suci. Maka dari itu jadilah halal bagi saya, dan saya akan selalu suci untuk bisa menyentuhmu seperti kalam-Nya.”