Buku ini meyakinkan pembacanya bahwa semua upaya demi meraih cinta akan gagal jika seseorang tidak terlebih dulu mengembangkan seluruh kepribadiannya, bahwa pemenuhan cinta seseorang hanya dapat diraih dengan kemampuan untuk mencintai orang lain, dengan kerendahan dan keteguhan hati, serta keyakinan dan kedisiplinan. Dalam karya klasiknya ini, Fromm membongkar seluruh aspek cinta, tidak hanya asmara, yang kerap diwarnai pengertian keliru dan ekspektasi tinggi, tetapi juga cinta orangtua, anak, dan sesame; cinta erotis; cinta diri; dan cinta Allah. The Art of Loving ditandai dengan penolakan untuk menyerah pada kegundahan, sebagai usaha nyata untuk mencari makna kehidupan dalam era modern yang penuh keterasingan. Bagi Fromm, cinta adalah “satu-satunya jawaban yang waras dan memuaskan terhadap masalah eksistensi manusia.”