Den Tatang! Terdengar suara perempuan memanggil Tatang. Namun, tidak ada siapa-siapa di ruang pameran. Suara itu semakin jelas, asalnya dari sebuah lukisan. Mungkinkah lukisan berbicara? Ternyata mungkin. Bahkan, Tatang ikut terserap masuk ke dunia lukisan. Orang-orang di dalam lukisan itu ternyata hidup! Jangan-jangan... mereka juga melihat pelaku pencurian lukisan kemarin malam. Apakah Tatang harus masuk ke lukisan lain untuk mencari petunjuk selanjutnya? Saatnya berkenalan kembali dengan karya sastra klasik semasa kecil dari penulis penulis ternama Indonesia. Suasana klasik yang dipertahankan akan membawamu kembali ke masa ketika karya ini sedang berjaya. Prolog: PELUKIS kenamaan Himawan mendekap anak satu-satunya sambil memandang pada istrinya yang terbaring di tempat tidur di depannya, tak bernapas. Mata pelukis berewok itu digenangi air mata sembari memperhatikan tubuh wanita yang hampir seluruhnya terbebat oleh perban. “Ibu... Ibu... bagaimana Ibu, Yah?” tanya Tatang kecil, menengadah untuk bisa memandang wajah ayahnya. “Ibumu... ibumu telah diambil oleh para bidadari, Nak, dibawa ke surga,” jawab Himawan terbata-bata, tak tahu bagaimana ia harus menerangkan kematian pada anaknya yang berumur sembilan tahun itu. “Oh, Ibu meninggal dunia, Yah?” tanya Tatang mengerutkan kening. “Ya... ya, ibumu meninggal dunia,” jawab Himawan tambah bingung. “Lebih baik kautinggalkan dulu tempat ini, Wan.” Tanpa terdengar, pelukis Brata telah berada di sisi Himawan. “Segala sesuatunya akan kami urus. Kau harus menenteramkan hatimu,” katanya berbisik. Profil Penulis: Djokolelono adalah penulis yang telah menghiasi khazanah kesusastraan Indonesia sejak lama. Tulisannya telah menghiasi fantasi banyak pembaca lintas usia. Terlontar ke Masa Silam hanyalah satu dari sekian banyak karyanya yang melegenda. Ia dikenal baik sebagai penulis serial Astrid, serial aksi petualangan yang masyhur pada era 1980-an, yang juga diterbitkan kembali dalam Seri Klasik Semasa Kecil ini. Di samping itu, ia juga banyak menerjemahkan karya penulis internasional dan membawanya ke hadapan pembaca Indonesia. Kini, Djokolelono membaktikan seluruh waktunya untuk menulis, setelah sekian tahun bergelut di dunia periklanan.