Buku Novel Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati by Brian Khrisna - Gramedia
Sold by Jendela Magelang
4.8(13)
35 sold
Select options
Select
Shipping
From Rp18.000
Est. delivery by May 13 - May 17
Specifications
Customer reviews (13)
x**i
Item: Default
Terdapat crack kecil di 3 titik yang kurang terlihat. But, it's ok, yang penting masih bisa baca dengan nyaman.
5d ago
d**i
Item: Default
Alhamdulillah nyampe dgn keadaan baikkk hihii ga sabar mau bacaaa 😭😭😭
4w ago
** R**T **
Item: Default
Seneng banget, bukunya udah sampai dan cepat ✨💕 terima kasih. Sukses selalu 🤗
March 22, 2025
D**y
Item: Default
Buku yg sudah ditunggu lama sekali. Dan ketika beli dimanapun selalu kehabisan.
Packaging:Entah kenapa penyok dikit. Tp gpp ga ngaruh
3d ago
r**l
Item: Default
baguss and sampai cepat waktu, cuma plastik wrap nya ada sobek, tapi aman koo
April 3, 2025
b**1
Item: Default
Bagus banger
4w ago
C**a
Item: Default
Bagus,
4d ago
시**
Item: Default
Bagus
April 6, 2025
s**a
Item: Default
bagus
April 3, 2025
m**a a**
Item: Default
Bagus
March 12, 2025
M**o v** B**n
Item: Default
Top
February 19, 2025
F**i
Item: Default
👍🏻
March 22, 2025
Y**🪐
Item: Default
👍
April 2, 2025
Jendela Magelang
569 items
Shop performance
Better than 82% of other shops
Ships within 2 days
79%
Responds within 24 hours
97%
About this product
PengarangBrian Khrisna
BrandGramedia
Product description
Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati
Penulis : Brian Khrisna
Penerbit Gramedia
Terbit : 29 Jan 2025
ISBN : 9786020531328
Halaman : 216
Cover : Soft cover
Dimensi : 14x19 cm
Bahasa Indonesia
Rp 93.000
Ale, seorang pria berusia 37 tahun memiliki tinggi badan 189 cm dan berat 138 kg. Badannya bongsor, berkulit hitam, dan memiliki masalah dengan bau badan. Sejak kecil, Ale hidup di lingkungan keluarga yang tidak mendukungnya. Ia tak memiliki teman dekat dan menjadi korban perundungan di sekolahnya. Ale didiagnosis psikiaternya mengalami depresi akut.
Bukannya Ale tidak peduli untuk memperbaiki dirinya sendiri, ia peduli. Ale telah berusaha mengatasi masalah-masalah yang timbul dari dirinya agar ia diterima di lingkungan pertemanan. Namun usahanya tidak pernah berhasil. Bahkan keluarganya pun tidak mendukungnya saat Ale membutuhkan sandaran dan dukungan. Atas itu semua, Ale memutuskan untuk mati. Ia mempersiapkan kematiannya dengan baik. Agar ketika mati pun, Ale tidak banyak merepotkan orang. Dua puluh empat jam dari sekarang, ia akan menelan obat antidepresan yang dia punya sekaligus. Sebelum waktu itu tiba, Ale membersihkan apartemennya yang berantakan, makan makanan mahal yang tak pernah ia beli, pergi berkaraoke dan menyanyi sepuasnya hingga mabuk.
Saat 24 jam itu tiba, Ale telah bersiap dengan kemeja hitam dan celana hitam, bak baju melayat ke pemakamannya sendiri. Ia kenakan topi kecurut ulang tahun dan meletuskan konfeti yang ia beli untuk dirinya sendiri. “Selamat ulang tahun yang terakhir, Ale.” Ale siap menenggak seluruh obat antidepresan yang ia punya. Saat ia memain-mainkan botolnya, Ale terdiam saat membaca anjuran di kemasan botol itu, dikonsumsi sesudah makan.
Seketika perutnya berbunyi. Dan Ale pun memutuskan untuk makan dulu sebelum mengakhiri hidupnya. Setidaknya, itu akan menjadi satu-satunya keputusan yang bisa dia ambil atas kehendaknya sendiri. Setelah selama hidupnya ia tak pernah mampu melakukan hal-hal yang ia inginkan.