bukan buku yang gampang dibaca tapi bagus isinya. bisa menggambarkan apa yang sedang terjadi di negara ini. pantesan pernah dilarang terbit di sini
More
June 4, 2025
Tokopedia customer review
buku ori admin respon baik, rekomendasi toko bagi kalian para pencari buku
More
January 17, 2025
Tokopedia customer review
Item: Not Specified
Barang sesuai, kualitas barang lumayan (ada sedikit penyok pada cover, selebihnya bagus)
6d ago
Tokopedia customer review
Item: Not Specified
Barang tiba dengan selamat meskipun pengirimannya lama banget.
June 4, 2025
u**1
Item: Not Specified
Buku ini banyak memberikan banyak sekali manfaat dan ilmu tentang bagaimana cara Bapak Tan Malaka menyampaikan gagasannya dan pendapatnya terkait materialistik, dialektika dan logika.
March 10, 2025
DIVA Press Group
4,857 items
Shop performance
Better than 84% of other shops
Ships within 2 days
79%
Responds within 24 hours
99%
About this product
BahasaBahasa Indonesia
Tipe EdisiEdisi Reguler
Tipe SampulPaperback.
PengarangTan Malaka
ISBN/ISSN978-623-6166-83-3
PenerbitIRCiSoD
Kuantitas per Kemasan1
Versi(Versi) Lengkap
Jumlah Halaman534
Tahun2022
Product description
Judul: Madilog; Materialisme, Dialektika, dan Logika
Penulis: Tan Malaka
Penerbit: IRCiSoD
ISBN: 978-623-6166-83-3
Tebal: 534 hlm.
Tahun: 2022
Pada perang Jepang-Tiongkok, tepatnya di Shanghai penghabisan tahun 1931, tiga hari lamanya saya terkepung di belakang jalan bernama North Sichuan Road, tempat peperangan pertama kali meletus. Dari North Sichuan Road tadi, Jepang menembak ke arah Po Shan Road dan tentara Tiongkok dari arah sebaliknya. Di antaranya, persisnya di kampung Wang Pan Cho, saya dengan pustaka saya terpaku.
Sesudah dua atau tiga hari berselang, tentara Jepang baru memberi izin kepada kampung tempat saya tinggal untuk berpindah rumah, pergi ke tempat yang lebih aman dalam tempo lima menit saja. Saya turut pindah tergopoh-gopoh. Tentulah sehabis perang, yakni sesudah sebulan lamanya, maka sehelai kertas pun tiada tersisa.
Begitulah rapinya “Laliong” alias tukang copet bekerja. Tapi hal ini tidak membuat saya putus asa. Selama toko buku masih ada, selama itu pula pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan pun rela dikurangi!