Melalui karya monumentalnya ini, Abu Hamid al-Ghazali telah menelanjangi kerancuan dari pemikiran para filsuf. Demi memuluskan 'ambisi'-nya itu, al-Gazali masuk ke dalam gelanggang filsafat dan langsung menyerang, alih-alih mempertahankan keyakinan sendiri. Diakui atau tidak, cengkeraman ‘kutukan' al-Ghazali terhadap filsafat lewat karyanya ini begitu 'menggurita'. Meski demikian, justru karya yang kemudian dibantah oleh Ibnu Rusyd melalui Tahafut at-Tahafut—ini telah menjadikan diskursus filsafat di dunia Islam menjadi semakin sehat dan penuh gairah, hingga saat ini.
Diskursus filsafat Islam khususnya, dan diskusi filsafat di dunia Islam pada umumnya, tidak mungkin melepaskan rujukannya pada salah satu dari dua karya klasik yang telah menjadi cikal bakal perkembangannya: Hikmah al-Isyraq karya as-Suhrawardi 'al-Maqtul', serta karya sang Hujjatul Islam yang sekarang berada di tangan Anda: Tahafut al-Falasifah.
"Kitab Tahafut merupakan salah karya yang dapat menyelesaikan berbagai problema ilmu kalam dengan solusi yang rinci dan cermat sesuai dengan masanya. Meski kita tidak bisa menutup kenyataan adanya kaitan antara Tahafut dan al-Ghazali (sebagai penyusun kitab tersebut), namun tidak serta merta dapat dinyatakan bahwa pikiranpikiran yang terkandung di dalamnya menggambarkan taraf akhir dari seluruh dinamika pemikirannya yang menjadi ujung pengembaraan intelektual al-
Ghazali."
- Sulayman Dunya, Ph.D (Profesor Filsafat Universitas Al-Azhar)
Judul : Kerancuan Filsafat (Tahafut al-Falasifah)
Penulis : Imam Al-Ghazali
Penerjemah : Achmad Maimun
Ukuran : 14 x 20 cm
Halaman : lxxxii + 372 hlm
ISBN : 978-602-50245-5-9