Wagimin bimbang antara mempertahankan layangan atau menukarnya dengan pil kina yang bisa menyembuhkan sakit emaknya. Masalahnya, pil kina itu pemberian Jan, salah satu serdadu Belanda. Wagimin membenci Belanda, tapi Jan berbeda. Layangan membuka persahabatan kecil di tengah perang revolusi. Apakah Jan bisa dipercaya saat mengatakan bahwa ada mata-mata Belanda di antara para gerilyawan?
Fiksi berlatar revolusi yang karib dengan narasi pergolakan fisik dan perjuangan bersenjata pasti menokohkan orang-orang dewasa. Namun, anak-anak juga menempati narasi signifikan di tengah gejolak revolusi yang menekankan patriotisme orangorang dewasa, khususnya pemuda. Sebagai penulis bacaan anak lintas genre, Djokolelono pun tidak mau ketinggalan mengeksplorasi latar ini melalui novel Hancurnya Jembatan Beru yang diterbitkan pertama kali pada 1977.