Steve selalu mengira dirinyalah yang menyebabkan kekasihnya meninggal. Namun, siapa sangka ternyata selembar kartu pos yang dia temukan di rumah tua yang berada di tengah, membuka tabir mengenai apakah dia benar-benar penyebab kematian kekasihnya. Prolog: “Steve, masih ingat kalimat ‘mortui vivos docent’ yang pernah Papa tunjukin?” Anak kecil yang dipanggil Steve mengangguk. Prayoga— papa Steve—pernah membahas kalimat itu ketika Steve membaca ensiklopedia. Mortui vivos docent—‘yang hidup belajar dari yang mati’, begitulah kurang lebih filosofinya. Anak sekecil Steve, yang masih duduk di bangku kelas 3 SD, seharusnya belum paham hal-hal rumit seperti itu. Namun, Steve berbeda dari anak-anak lainnya. Steve seorang anak genius. Dia dapat memahami hal-hal rumit yang belum dipahami anak-anak seusianya. Rasa ingin tahunya besar. Kedua orang tuanya juga paham bahwa anaknya berbeda. Sore itu, sepulang Prayoga dari salah satu fakultas kedokteran universitas negeri di Kota Surabaya, Steve memberondongi papanya dengan berbagai pertanyaan. Padahal biasanya dia tidak terlalu tertarik dengan pekerjaan sang papa. “Papa dari kampus atau dari rumah sakit?” Saat itu Steve mencium aroma aneh di tubuh papanya. “Dari kampus, Nak.” Papa tersenyum. “Hari ini ada praktik pembedahan kadaver. Sebagai dokter senior, Papa ikut mengamati para mahasiswa yang praktik.” “Pa, Steve juga pengin lihat para calon dokter praktik membedah kadaver.” + Kondisi Buku : Segel ( Baru ), Original + Harga tertera adalah harga SATU BUKU + Informasi : Silahkan tanyakan stock produk dengan menggunakan Chat produk untuk menghubungi Dojo Buku