Dalam esai yang canggih dan tajam ini, Spivak juga memperluas makna subaltern sehingga berlaku juga secara spesifik untuk para perempuan di negara-negara kolonial. Ia memeriksa peristiwa bunuh diri seorang perempuan India, yaitu Bhubaneswari Bhaduri, pada 1926. Awalnya, peristiwa bunuh diri itu dianggap disebabkan oleh keresahan Bhaduri lantaran kehamilan di luar nikah. Spivak menekankan bahwa Bhaduri sebenarnya tidak sedang hamil. Ia mengatakan bahwa Bhaduri bunuh diri karena tidak tahan untuk ambil bagian dalam pembunuhan politis. Perempuan ini “tidak didengar,” kata Spivak, karena didefinisikan hanya dalam batas-batas gender yang sempit.
“Dapatkah Subaltern Berbicara?” menempatkan Spivak di jajaran feminis yang memperhitungkan sejarah, geografi, dan kelas tatkala memikirkan tentang kaum perempuan.