Makin hari, saya makin merasa kian jauh dari diri saya sendiri. Di tengah gempuran kesibukkan kerap muncul selentingan dalam benak, apa yang masih autentik dari diri saya? Saya merasa ada semacam kekuatan luar biasa yang selalu bergejolak dan itu sangat sulit saya kendalikan. Misal, ketika berada di Yogya, ego untuk menunjukkan identitas ke Madura-an saya begitu kuat. Walaupun saya tahu, jika saya betul-betul memunculkan identitas kemaduraan-kemaduraan, tidak akan pernah 100%. Itu berbanding terbalik ketika saya pulang ke kampung halaman. Saya menjadi canggung dengan budaya yang membesarkan saya. Seakan-akan ada tembok besar yang memisahkan antara saya dengan lingkungkan saya di masa kanak. Sekali lagi, saya tahu itu hanya ego.