Buku Benang Merah Seni Rupa Modern ini ditulis atas dasar kajian literatur konsep seni rupa modern di Barat (Baca: Eropa dan Amerika). Pada dasarnya perjalanan atau pekembangan seni rupa Barat selalu tidak lepas dari perjuangan terhadap nilai kebebasan dan kreativitas. Nilai kebebasan gaya yang satu ditentang oleh nilai kebebasan gaya lainnya, baik kebebasan segi pemilihan tema, estetika maupun teknik dan proses kreatifnya. Orientasi yang fundamental dari seni rupa barat adalah seni klasik Yunani dan Romawi kuno. Tiga seniman post Impresionisme Cezanne, van Gogh, dan Gauguin membuka pintu gerbang ke arah modernisasi kesenirupaan. Dengan perbedaan pandangan, idealisme, konsepsi, teori dan prinsip, para seniman melahirkan beragam gaya dan aliran yang terkadang merupakan gerakan. Buku ini ditulis atas dasar kajian literatur konsep seni rupa modern di Barat (Baca : Eropa dan Amerika). Sebagian bahan ajar yang bertajuk seni rupa modern dikembangkan menjadi buku yang diberi judul Benang Merah Seni Rupa Modern. Mengapa penulis menulis judul dengan kata ‘benang merah’? Di barat, pertalian antara gerakan seni yang satu dengan lainnya sangat erat. Kemunculan gerakan (movement) dan aliran (ism) atau gaya (style) berkarya seni rupa tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Penulis tidak menyatakan sebagai sejarah (history of art), karena kajian dalam buku ini tidak menggunakan pendekatan sejarah. Pembahasan kronologis dalam buku ini bermaksud untuk menunjukkan adanya hubungan dan kausalitas konseptual gaya dan gerakan seni sebagai satu rangkaian perkembangan (progress). Hal ini akan menjadi bagian argumentasi konseptual ketika harus mengungkapkan satu gaya seni rupa Barat. Sebenarnya gaya seni rupa Indonesia memiliki akar tradisi tersendiri. Yaitu Prasejarah (animism/dinamisme), Hinduisme, Budhisme, dan Islam, atau sinkretisme dari spiritualitas dan religiositasnya.