About this product
BahasaBahasa Indonesia
PenerbitKPG
Versi(Versi) Lengkap
ISBN/ISSN9786026008804
BrandJendela Toko Buku
Product description
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Setelah Majapahit runtuh pada 1527. Jawa kacau balau dan bermandi darah. Kekuasaan tak berpusat, tersebar praktis di seluruh kadipaten, kabupaten, bahkan desa. Perang terus-menerus menjadi untuk memperebutkan penguasa tunggal.
Permata-permata kesenian, baik dibidang sastra, musik, dan arsitektur tidak lagi ditemukan. Selama hampir satu abad jawa di kungkung oleh pemerintah teror, yang berpolakan tujuan menghalalkan cara.
Ciri khas Pramoedya tetap tak berubah di buku ini, akhir yang tragis. Begitu pula dengan Wanabaya, kstaria dari Mangir. Dia mati di tangan penguasa Mataram, Panembahan Senapati, pada tahun 1575 masehi ini. Demi melanggengkan kekuasaan, Senapati tega membunuh Wanabaya yang juga menantunya sendiri.
Wanabaya merupakan penguasa perdikan, semacam daerah otonomi bernama Mangir. Karena Senapati menganggap perdikan ini berbahaya, maka dia mengutus anaknya sendiri sebagai telik alias mata-mata. Apa daya, Pembayun, sang putrinya justru jatuh cinta pada Wanabaya. Mereka menikah.
Dengan liciknya, penguasa Mataram lalu mengundang Wanabaya datang ke istana Mataram sebagai menantu. Nyatanya, dia dibunuh penguasa Mataram saat di dalam istana. Licik.
Meski ditulis sebagai naskah drama, buku ini tetap enak dibaca. Ya, meski tak sebagus novel atau roman karya Pram yang lainnya sih. Tapi, buku ini tetap bagus kok dari sisi alur cerita maupun temanya. Seperti biasa, Pram pun menyentil liciknya penguasa dan angkuhnya monarki lewat karya setebal 141 halaman ini.
Buku yang ditulis saat Pram dalam pengasingan di Pulau Buru ini menarik dibaca karena dia menyampaikan sedikit tentang sejarah di negeri ini, khususnya Kerajaan Mataram pada masa itu. Kurangnya ya karena dia berupa naskah drama, bukan cerita biasa. Tetap enak diikuti tapi kurang jika dibanding novel atau roman.