Product description
Sepahit apapun hidup, tetap terasa indah jika masih ada seorang ibu yang mendampingi dalam suka maupun duka. Namun bagaimana jika tiba-tiba ibu harus pergi? Masa kecil Ismail tidak pernah jauh dari ibu yang selalu mengasuhnya dengan penuh kasih sayang.
Saat bapak harus pergi untuk selama-lamanya, ibu pula yang menguatkan hati Ismail. “Cinta adalah keikhlasan untuk melepas,” demikian kata ibu. Namun ibu ternyata juga harus pergi demi masa depan Ismail dan Aisyah. Hari itu, tepatnya pada tanggal 20 April 2000, dua pilar jembatan Kali Progo ambles. Sebuah firasat buruk menyergap Ismail, karena berkali-kali ia menelepon ibunya yang sedang bekerja di Arab Saudi, tak pernah bisa tersambung.
Komunikasi Ismail dengan ibunya terputus, seperti terputusnya jembatan Kali Progo. Ismail tak pernah tahu kalau pada tanggal yang sama, sebuah peristiwa buruk sedang terjadi pada ibunya. Sampai saat yang paling menyedihkan itu tiba. Ismail harus memilih: menyerah kalah kepada nasib, atau berjuang untuk bisa bertemu kembali dengan ibunya.