KAJIAN ISLAM
*Doa Ba’da Subuh*
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Rasulullah ﷺ jika selesai shalat Subuh dan mengucapkan salam, beliau memanjatkan doa,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
_Allahumma inni as-aluka 'ilman nafi'an wa rizqan thayyiban, wa 'amalan mutaqabbalan_
_”Ya Allah, Aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, dan rizki yang baik, juga amal yang diterima.”_
(HR Ahmad)
*Doa Mengandung Tiga Permohonan*
Doa yang dipanjatkan Rasulullah selepas Subuh di atas mengandung tiga permohonan yang sangat penting:
*1. Ilmu yang Bermanfaat (‘Ilman Nafi’an)*
Hal pertama kali yang diperintahkan kepada manusia, adalah menuntut ilmu (iqro') yang berarti bacalah, mengetilah, pahamilah, cerdaslah, dan berpikir majulah.
lmu adalah dasar dari seluruh perbuatan. Ilmu bagaikan imam (pemimpin) sedangkan amal perbuatan bagaikan makmum (yang dipimpin).
Berkata Imam al-Hasan al-Bashri:
“Orang yang beramal tanpa ilmu, seperti orang yang meniti di luar jalan. Orang yang beramal tanpa ilmu lebih banyak merusak daripada memperbaiki. Maka tuntutlah ilmu dengan tidak merusak ibadah, dan beribadahlah dengan tidak merusak ilmu. Karena sesungguhnya terdapat suatu kaum yang banyak beribadah tetapi meninggalkan ilmu, sehingga mereka keluar dengan pedang-pedang mereka untuk memerangi umat Muhammad. Seandainya mereka mau menuntut ilmu, maka ilmu tersebut tidak akan menunjukkan kepada perbuatan tersebut.“
Dengan ilmu yang bermanfaat itu, seseorang bisa mendapatkan rezeki yang _thayyib,_ sebagaimana yang disebutkan pada doa berikutnya.
*2. Rezeki yang Baik (Rizqan Thayyiban)*
Rezeki thayyib adalah rezeki yang halal. Sebagian ulama membedakan antara halal dan thayyib sebagaimana di dalam firman-Nya,
_“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”_
(QS. al-Baqarah: 168)
Diantara perbedaan halal dan thayyib adalah :
Halal adalah dzatnya halal, bukan barang haram. Sedangkan (thayyib) adalah cara mendapatkannya dengan cara yang baik. Rezeki yang thayyib ini tidak akan didapat seseorang kalau tidak mempunyai ilmu halal dan haram di dalam mencari rezeki. Oleh karena doa ini didahului dengan memohon ilmu yang yang bermanfaat.
*3. Amalan yang Diterima Allah (‘Amalan Mutaqabbalan)*
Untuk mendapatkan amal yang diterima oleh Allah, harus memenuhi dua syarat: (1) ikhlas karena Allah, dan (2) sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
Di dalam hadits disebut “Ilman Nafi’an”, yaitu amalannya harus berdasarkan ilmu. Ini sesuai dengan firman Allah,
_“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”_
(QS: Al Mulk: 2)
Berkata al-Fudhail bin Iyadh :
"Yang paling baik amalnya maksudnya adalah yang paling ikhlas dan paling benar. Suatu amal tidaklah akan diterima oleh Allah, sampai mempunyai dua sifat; murni dan benar. Murni adalah jika amal itu dilakukan hanya karena Allah semata, sedang benar adalah jika amal tersebut berdasarkan sunnah.”
Setiap hari di dalam shalat lima waktu, kita diwajibkan membaca surat al-Fatihah paling tidak sebanyak 17 kali. Di dalamnya kita memohon kepada Allah seraya mengucapkan: _“Ihdina ash-Shiratha al-Mustaqim”_ (tunjukilah kami jalan yang lurus) artinya tunjukilah kami jalan menuju keikhlasan di dalam beramal dan yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah ﷺ.
Di dalam hadist di atas terselip syarat tambahan agar amal seseorang diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu rezeki yang dimakan harus halal, jika rezekinya haram, maka Allah tidak menerima doa dan ibadah seseorang.
Wallahu A’lam.
Ya Allah, kami meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, dan rizki yang baik, juga amal yang diterima.