Sebagai tokoh perempuan pejuang, nama Francisca C. Fanggidaej, tak pernah ditulis dalam teks sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tapi justru ditulis dalam buku peringatan Konferensi Kalkuta, sebagai tokoh perempuan dari Indonesia yang berpidato untuk memberitahukan kepada dunia internasional tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia. Konferensi Kalkuta adalah sebuah konferensi pemuda dari negara-negara terjajah yang sedang memperjuangkan kemerdekaan. Konferensi yang diselenggarakan di India pada 1948 ini adalah embrio dari konferensi Asia-Afrika di Bandung, pada 1955. Sebagai tokoh dan pejuang, ia pernah menduduki posisi strategis di berbagai organisasi, seperti Pesindo, Kantor Berita Antara, dan DPR GR RI. Setelah peristiwa berdarah 1965, ia terasing dari tanah airnya sendiri, dan kini menetap di Belanda. Buku ini merupakan narasi pengalaman Francisca, kemudian ditulis oleh Hersri Setiawan, tentang masalah politik, budaya, tradisi, perjuangan mempertahankan kemerdekaan, hingga pemberontakan yang dikaitkan dengan PKI. Sebagai kesaksian sejarah, buku ini tidak saja sebagai sumbangan berharga kepada historiografi Indonesia yang berangkat dari narasi pengalaman perempuan di tengah dominasi laki-laki.