Diskursus tafsir Al-Qur’an selalu saja menarik untuk diperbincangkan. Tidak hanya karena pelbagai materinya yang unik dan menarik, tetapi juga karena problem penafsiran yang semakin kompleks dan tidak terbatas, sementara teks yang ditafsirkan terbatas. Al-Qur’an sebagai kitab sucu umat Islam yang ‘diyakini’ selalu relevan disetiap zaman dan wakltu (shalih likulli zaman wa makan) pada gilirannya, justru mengalami problema yang cukup pelik, yakniu problem penafsiran. Problem penafsiran yang terjadi sangat beraneka ragam, mulai dari bias ideologis, tendensius, bahkan terkadang sampai pada “pengaburan” hakikat pewahyuan Al-Qur’an. Dengan hadirnya pelbagai problem tersebut, tafsir Al-Qur’an yang seharusnya digadang-gadang sebagai penjelas serta solusi problem sosial-kontemporer bagi umat, alih-alih justru menjadi “pemicu konflik”, lantaran tafsir yang diproduksi sarat akan kepentingan ideologis-politis. Hal ini terjadi dikarenakan adanya kesalahpahaman epistemologi penafsir dalam menafsirkan Al-Qur’an. Maka, kehadiaran buku berjudul Epistemologi Tafsir Kontemporer karya Abdul Mustaqim ini hendak “meluruskan” persoalan tersebut terkait dengan problem penafsiran teks (Al-Qur’an).