Terima kasih buku nya sdh sampai , cepat pengiriman y dan packing Rapih , semoga makin sukses ya kak 🙏❤️
March 16, 2022
w**5
Item: Buku, Standar
Alhamdulillah bukunya udah diterima dengan baik bagus banget, Tks
January 24, 2022
K**a
Item: Buku, Standar
Keren banget Pengiriman cepat Dan isi buku mengandung pesan penting
January 16, 2022
a**l
Item: Buku, Standar
Packing kurang rapi. Ga tau salah di kurir nya apa gmna. Barang nya pada penyok
February 10, 2022
w**l
Item: Buku, Standar
Cepet bgt Dateng nya ❤️❤️❤️
January 15, 2022
A**n
Item: Buku, Standar
July 23, 2022
a**x
Item: Buku, Standar
May 19, 2022
c**e **
Item: Buku, Standar
April 2, 2022
K**h
Item: Buku, Standar
February 15, 2022
u**4
Item: Buku, Standar
February 8, 2022
U**n k**h
Item: Buku, Standar
February 6, 2022
E**l
Item: Buku, Standar
February 6, 2022
i**a
Item: Buku, Standar
January 21, 2022
K** ᯓ**
Item: Buku, Standar
January 20, 2022
R**w
Item: Buku, Standar
January 19, 2022
p**a
Item: Buku, Standar
pengiriman sangat lama
April 25, 2022
R**r P**💓
Item: Buku, Standar
January 8, 2023
psikologiindonesia
613 items
Shop performance
Better than 60% of other shops
Product description
Keterangan:
Kami hanya menjual Buku 100% Original, jangan tergiur harga MURAH tapi PALSU. Khawatir ilmu tidak berkah ️
JAMINAN uang kembali 2x LIPAT jika buku terbukti BAJAKAN
===
Pada halaman awal, pembaca akan dibuka dengan secercah untaian pengharapan dari penulis yang seakan tahu bahwa jiwa ini butuh pulang. Makna ‘pulang’ yang bukan lagi sekadar singgah atau rehat. Dalam lembarnya, penjelasan pulang yakni membawa bekal berupa beban pikiran yang sudah selayaknya ditaruh, kemudian duduk, dan berteman. Lalu mencoba mendengar bahwa jiwa sedang butuh apa. Lagi-lagi setiap yang pulang adalah bagian dari mereka yang sedang hancur.
236 halaman penuh dari Buku ‘Duduk Dulu’ memang masih kurang untuk menganalogikan banyak hal. Dimulai dari diri yang hancur, seberkas cerita dari Nicolash, diri yang dahulu disakiti, lalu bangkit, dan ujungnya harus berteman dengan semua kebisingan-kebisingan yang ada. Bang iid selalu membubuhkan kutipan menarik di akhir pembahasan, sehingga menjadikan pembaca bisa memposisikan dirinya untuk menjadi teman dari buku ‘Duduk Dulu’.
Lebih dari itu, buku yang disunting oleh Olive Hateem ini tak hanya menceritakan diri sedang butuh apa, tapi juga diajarkan perihal mengerti bagaimana memahami jika semesta tidak hanya tentang dirimu dan juga masalahmu, ada orang lain juga di sana. Penulisan cerita dikemas dengan sangat hangat bahkan pembaca terasa didekap erat, buku itu seperti punya nyawa. Di tengah bagian cerita, Bang iid kembali menggertak kita untuk sadar tentang apa-apa yang tidak bisa diusahakan, maka terimalah.
Pada apa-apa tersebut ada hikmah dari setiap puingnya. Sampai pada bagian akhir buku tersebut, Bang iid menorehkan kaca terakhirnya untuk sekadar mengingatkan pembaca bahwa jangan lupa untuk kembali ber-terimakasih pada diri yang telah berkenan untuk duduk dulu, Entah jadi teman duduk, ataupun untuk dapat rehat dari kebisingan sekitar. Di balik kilas semua cerita, kekurangan buku terletak pada sub bab yang terkesan seperti diulang di sub bab berikutnya.
Namun, secara keseluruhan novel ini recommended bagi kalangan mereka yang butuh teman cerita hanya dengan membacanya. Selain suguhan kata-katanya yang sarat makna, buku ‘Duduk Dulu’ akan melahirkan kembali pemikiran kita mengenai apresiasi diri dan mencintai diri sendiri.